CISOLOK, I'm in LOVE
(sebelumnya KLIK)
View depan kec. Cisolok |
Satu hal yang bikin shock beli makan di sebuah warung makan adalah Nasi, tempe, brekedel seharga 15000 (Geleng-geleng kepala). Di wilcah kedua ini saya masih berpatner dengan Rizal dan kami di tugaskan untuk ke desa Sirnaresmi dan Gunung Keramat. Dari dua wilcah ini Desa Sirnaresmi lah yang paling membekas di hati (hahaha ..sebuah perjuangan dan kenangan yang wow banget)
Rumah adat Sirnaresmi |
Sirnaresmi adalah sebuah desa yang masih memiliki
perkampungan adat. Akan tetapi di desa ini sistem pemerintahnya udah seperti
desa – desa lain. Lurah atau kepala desa sudah dipilih secara demokrasi.
Sebelum memasuki desa ini kami ketemu dulu sama Bapak kepala desa. Kami di
sembut dengan hangat sekali, hanya saja Pak Kades ada acara jadi nanti kita
ditemeni sama pegawainya yang udah di Kantor Desa.Akses jalan ke desa Sirnaremi
ini sebenarnya sudah cukup bagus karena jalan sudah di aspal hanya saja ketika
masuk ke perkampunganya apalagi ke kantor desanya jalannya bermacam-macam. Ada
yang aspal baru, aspal lumayan bagus, aspal berlubang, batuan tertata dan tanah
licin pokoknya komplit. Nah akhirnya kami menuju kantor desa dan sudah di
tunggu ternyata dan ternyata eh ternyata kantor desanya deketan sama Kampung
Adat. Usut punya usut ternyata Adat Isti Adat di sini masih terjaga sampai
sekarang walaupun berkembangan teknologi sudah masuk desa ini. Sebenarnya di
desa Sirna resmi ini ada tiga perkampungan adat. Beruntungnya aku bisa berada di
salah satu kampung adat ini.
Narsis dulu ya |
Rizal pun narsis |
Di kampung
ada Sirnaresmi ini bercocok tanam padi hanya di lakukan setahun sekali dan disetiap
tahunnya ada perayaan adat yang namanya kalau gak salah Panen Raya. Di upacara
adat inilah, Sirnaremi sering kedatangan para wisatawan domestik dan manca
negera. Bahkan perkampungan ini juga sering dijadikan penelitian oleh beberapa
mahasiswa Indonesia atau peneliti luar negeri. Gak heran seh mereka para
wisatan pada pengen balik atau penasaran sama kampung adat ini, soalnya
warga-warga sini welcome banget, ramah, dan bener-bener masih taat adat.
Makanya Alam dan manusia hidup dengan serasi (Suweeer pengen kesana lagi pas Upacara Adat). Di Desa ini pula aku
ketemu dengan orang Samigaluh Kulon
Progo yang jadi tenaga pengajar di desa ini. Beliau sudah sekitar hampir 10
tahun dan akhirnya menetap di sini, soalnya dapat Teteh cantik dan pastinya
dedikasi beliau untuk menularkan ilmunya ke murid-muridnya (Andaikan sebagian lulusan guru – guru tidak
berambisi untuk menjadi PNS atau kemudahan fasilitas tapi karena dedikasi
mereka akan pendidikan dan kemajuan bangsa ini pasti gak ada dech yang namanya
kekurangan guru di daerah terpencil atau pelosok atupun lulusan guru yang
menganggur *Semua kembali ke niatatau kepribadian masing-masing*).
Hujanpun
turundan menghentikan langkah kami untuk istirahat sejenak di kantor desa.
Kamipun bertanya tentang akan responden kami yang tinggalnya ternyata berada di
ujung desa ini yang berbatasan dengan Lebak
Banten. Para perangkat desa mengusulkan sebaiknya besok saja, jalannya
licin kalau hujan dan itu di ujung tapi kami kekeuh untuk kesana karena waktu
yang mempet dan cumasatu-satunya daripada kita kekurangan data.
Disinilah kesabaran,
kerjasama, keegoisan, kejujuran, kegensian dll kami bener-bener harus dilebur
menjadi satu...why? simak cerita aku.
Hujan sudah
mulai reda, Rizal dan akun memutuskan untuk melanjutkan kerja kami untuk
berkunjung ke responden yang rumahnya ujung tadi, sebelunya kita berpamit dulu
dan memita no Aa’ (Kali iniaku lupa tanya
sama nama Aa’) untuk kooordinasi kalau kami nanti sehabis rumah respoden
tsb akan mencari keresponden daerah tempat tinggal Aa’ tersebut.
Ini masih kaki bukit |
So ... Lets Go !!! Kami langsung disajikan jalan-jalan yang
turun berkelok-kelok yang wow banget...beraspal seh tapi bener wow(jangan pernah bayangkan jalanan Kota Jogja /
Gunung Kidul / Jalur Selatan Parangtritis sekalipun .... *Jauuuuuh*).Untuk
ke kampung tersebut (OMG , Seperti daya
ingatku bener-bener parah) ternyata jalan aspal hanya sampai di kaki bukit
(Sebenarnya kita sudah berkali-kali naik
turun bukit...tapi ini bungkit paling tinggi lah) setelah itu jalannya
adalah batuan yang tertara rapi dengan kemiringan yang bermacam. Perjalan ini
emang gak bakal terlupakan, dengan kondisi jalan yang wow banget, aku salah
pake sandal (Bayangkan aku pakai sandal
15ribuan yang dijual di perko Malioboro) akhirnya aku memutuskan untuk
nyeker-man.
Makin deg-degan ketika lewati jalannya yang setenganhya longsoor,
tanjakan yang kayak sungai. Jatuh berkali-kali pun kami alami, aku pun selalu
melihat wajah Rizal, kondisi Rizal untuk menyakinkan apa dia baik-baik saja.Aku
kadang milih jalan kaki daripada bonceng Rizal saat tanjakan itupun kalAu
Rizalnya udah bener-bener gak yakin. Sempat pas waktu jatuh saat tanjakan dan
Alhamdulillah aku bisa langsung turun dari motor terus memutuskan jalan, tapi
kayaknya Rizal ada yang luka deh cuma dia gak bilang apa-apa dan masih punya
semangat untuk terus lanjut ya akunya masih semangat(*Sepertinya aku harus belajar kepekaan lagi deh*).OK, masih lanjut
jalanan yang kita temui di bukit ini juga ada jalananan kubangan air dan masih
tanah, tanah merah lagi jadi licin beeuud (*aku
ajah yang jalan mau jatuh*) dan asal kalian tau dari kami jalan tadi kami cuma
bertemu 3-5 orang dan gak ada motor satupun yang lewat. Kabutpun sudah mulai
turun tapi kami masih nekad untuk lanjut, jujur ajah aku masih saking penasaran
ajah. Sempat si Rizal bolak –balik tanya “yakin gak nih kita lanjut”, kata
Rizal. Akunya seh selama kamu yakin, masih kuat bawa motornya sok atuh lanjut.
Jalanan
bukit itu kami lewati dengan modal yakin dech sekalipun emang track-nya
bermacam-macam jenisnya. Mungkin yang mendramatisir jalannya karena ujan dan
baru pertama kali. Sejauh kami menelusuri ini jalan kami seakan-akan hampir
putus asa karena tidak menemukan tanda-tanda kehidupan disini. Lihat saja lah
sejauh mata memandang kami hanya lihat bukit-bukit dan kabut yang udah mulai
menyelimuti bukit-bukit yang lain, lihat kebagian tebing jurangpun tak ada
rumah. Hingga akhirnya sebuah pemndangan dengan telada di atas bukit inilah
mengobati rasa lelah kami dan ketakutan kami jangan-jangan salah jalan(*sebenernya ini jalan satu-satunya, soalnya
tadi gak ada jalan cawang satupun*)
Berhubung
tidak ada tanda-tanda kehidupan dan sepertinya kabut sudah bener-bener mau
nyelemuti ini bukit, kami akhirnya putar arah untuk mencari orang. Sapa tahu
kenal dengan keluarag tersebut. Beruntunglah kami ketemu dengan bapak-bapak
yang emang tinggal dengan di kampung tersebut. Tapi kacaunya lagi ternyata
logat sunda-nya sudah tercampur dengan bahasa Banten. Kamipun menggunakan
bahasa campur-campur. Kata bapak itu jalannya udah dekat ya sekitar ¾ jalan
kita dari bawah samapi ketemu bapaknya (WHAAAAAATTT
!!! itu mah sama saja kita mendaki 3 bukit lagi). Kata bapaknya kita bisa
lewat jalan raya tapi masuk ke arah Banten dulu alias muter dan bapaknya bilang
supaya kita lanjut dan mending ntar tidur ke di rumah bapaknya soalnya kalo
kita balik jalannya rusak sulit (emang
iya pak kita tadi naiknya juga dari situ). Asal kalian tahu kami sempat
miss komunikasi sama beliau soalnya beberapa kata, seperti bangga =
sulit dan masih
banyak lagi. Dari bapak ini pula kami tahu kalu responden kita ternyata sudah
kelas 1 SMP.
Dari pernyataan bapak
inilah, rasa lelah dan jiwa yang sudah gak karuan kami akhirnya kembali ke
kampung di bawah bukit untuk bertemu dengan Aa tadi. Ok, kali ini kami akan
meluncur dari atas bukit (Gimana gak
meluncur, jalannya merupakan turunan yang wow tadi kalau berangkat kan tanjakan).
Selama kita turun kali ini kita bertemu dengan orang yang pakai motor dan sepertinya
beliau sudah terbiasa. Sejenak kita juga berhenti untuk narsis plus setidaknya
stel selow dulu buat Rizal. Soalnya dia kan yang ada didepan jadi tenaga sama
pikiranya pasti bener-bener terkuras banyak.Ternyata aku bisa menaklukan bukit-bukit itu |
Naaah ...
hal yang paling mendebarkan adalah ketika turunan yang sangat curam . Motor
saat itu seakan aku rasakan gak bisa dikendalikan. Serasa rem gak berfungsi dan
disitu laju motor wow banget. Kali ini aku omong sama Rizal (walaupun udah ngomong berkali-kali sma Rizal
dar awal tahu medannya dan saat-saat Rizal lumayan agak down artau ragu, tapi
kali ini beda situasinya -___-), “Apapun
yang terjadi aku yakin sama kamu, aku percaya sama kamu” kata aku sama
Rizal. Omongan ini emang lebay di dengarnya, tapi asal tahu ajah kalau kamu
sedang berada di situasi panik tapi kamu gak percaya sama nakoda kamu hal
terfatal malah akan terjadi. Jujur ajah ini pernah aku alami. Coba ajah deh
kamu boncengin orang yang percaya sama kamu akan kemampuan nyetir kamu sama
enggak, bakal beda rasanya. Nah makanya
aku bilang gitu sama Rizal sama di hati pun uda mikir “Ya, Allah aku yakin doa Ibu pasti selalu Kau dengar dan Kau kabulkan, kalaupun
aku jatuh mati di sini aku SIAP”. Huft ... Bener-bener gila deh, dan
Alhamdulillah Allah masih ngasih kesempatan buat kami. Rizal berhasil
mengendalikan dan aku bilang aku mending jalan kaki ajah.
Saat itu aku
jalan kakinya untung ada temennya, yaitu bapak sama anaknya lagi habis pulang
dari hutan buat ambil kayu.Kami pun akhirnya sampai ke perkampungan dangn aku segera
telepon Aa kalau kami sudah sampai dan memutuskan untuk memcari responden di
sini saja. Rizal terlihat kelelahan dan kamipun istirahat sejenak sambil
menunggu si Aa’. Ketika si Aa’ datang akhirnya aku di antar ke rumah responden,
aku pun masih harus menunggu respon aku yang masih di bekerja. Akhirnya Rizal
dan Aa ke tempat responden lain. Adzan Maghrib berkumandang Rizal udah datang
sama Aa’ dan masih menunggu aku. Akhirnya selsai juga tugas hari itu. Kamipun
sejenak istirahat di sebuah warung penduduk yang dekat dengan responden aku.
Sempat ditawari buat tidur di situ tapi kami tolak. Sebenrnya gak papa seh
tidur di rumah penduduk tapi ya mungkin Rizal memikirkan hal lain juga.
Responden aku "Ugi" |
Akhirnya malam itu kami nekat menembus jalan yang berkelok-kelok tadi,
walaupun sudah berada di jalan raya tetap jah gelap gulita sempat kesasar saat
mau pulang basecame.hahaha. Hari itu terasa sangat lelah dan akhirnya istirahat
adalah hal yang sangat tepat untuk kami.
View Teluk Pelabuhan Ratu from Gunung Keramat |
Hari
berikutnya masih tetap sama cuma desa Gunung Keramat yang kami tuju, tidak ada
hal yang istimewa hanay mencoba untuk mengabadikan beberapa pemandangan dan
lalgi-lagi kali ini aku mendapatkan padang ilalang yang gak mungkin aku berhenti
buat photo soalnya berada di tebing yang lumayan curam :’(. Hari ini tugas kami
tidak samapi malam sehingga kali ini Rizal dengan baik hati berhenti di salah
satu panati di Cisolok (Efek kemarin sempat ngomel-ngomel sama Rizal, gak di
ajak lihat sunset pas di pelabuhan ratu). Yuk cekidot lihat penampakan :
Ketika Rizal memakai jasa tukang photo keliling |
Hari
terakhir di Cisolok, kami masih harus mencari responden untuk memenuhi
kekurangan kami. Kami pun kembali ke berjeljaha lagi dan hasil jelajahnya semua
rata-rata masih kelas 5 atau smp kelas 1. Kami pun sempat berhenti sejenak
melepas penat lebih tepatnya melepas kantuknya Rizal. Hahahahaha... hari itu
kami Cuma dapat 1 responden yang kelas 6 selebihnya gak memenuhi
*Kalau kamu ke Cislok jangan lupa untuk ke
Puncak Habibie, ada pantai dengan barisan kapal-kapal nelayan yang wow banget
dari jauh(aku gak kesini), pemandian
air panas Cipanas, dan Kampung Adat Sirnaresmi*
Malam Pertama di Parung Kuda,
Setelah
menempuh hampir 2 jam dengan angkot sewaan kami untuk sementara tidur di tempat
basecame KBS (semacam kantor Sekretariat Buruh Sukabumi*kepanjanganya
lupa-lupa ingat daripada salah*) dan keesokan paginya kami pindah ke UF Center ( Semacam rumah aspirasi Ujang F yang sekarang beliau adalah anggota DPR
gitulah, karena rumahnya cukup besar makannya mai sewa di sini).
Hari hari di UF Center,
Nah di UF
Center ini ada pak Amir yang
bertugas menjaga rumah. Kami hampir seminggu lebuh di UF center ini karena kita
ambil 3 wilcah. Di sini juga kami bergabung dengan team Ciansuka jadi lumayan
rame.
Untuk soal
kerja, kali ini kami di lepas sendiri-sendiri jadi satu desa satu enum. Aku kedapatan
desa Sundawenang yang dekat sama basecame (dengan
pertimbangan sama seperti di atas). Di Parung Kuda inilah aku sempat
ngedrop se ngdropnya, rasanya pengen nangis dan bener udah gak kuat pengen
ceper selesai.
Berawal dari
aku datang ke rumah responden yang rumahnya dari kamar BoNyok aku (Bokap-Nyokap)
ajah lebih gede kamar BoNyok, dengan dinding bambu dan di atas tanah PJKA di
pinggir rel. Ibu tersebut menambut aku dengan baik. Aku kembali keduakalinya
karena si anak belum mengerjakan soal dan DEG ... aku seperti melihat Ibu aku
sendiri, Ibu tersebut minta maaf karena anknya lagi di rumah neneknya sakit.
Ibu itu dengan penuh keibuan memnyuruhku makan dan sebuah tingkah laku beliau
bikin aku kangen rumah coy. Tapi daripada aku nangis di situ aku saja. (Semoga
Ibu tersebut dan anak-anaknya semua pinter *Sumpah, mereka cerdas dalam keadaan
yang terbatas* selalu dalam lindungan Allah, lancarkan jalan mereka dalam
membahagiakan orang tua, mewujudkan impian meraka ya Allah.Aamiin)
Satu hal
lagi di Parung Kuda aku juga bertemu dengan responden yang bikin aku malu
banget sama diri aku sendiri. Anak tersebut masih kelas 6 SD ketika aku suruh
mengerjakan soal dengan cepatnya dia tanggap dan menjawab semua soal
matematika& b. Indonesia dengan cermat dan anak tersebut dengan bergegas
segera pamit mau cari rongsokan. Aku pun bertanya sam Ibunya, ternyata emang
dia berkerja setiap pulang sekolah, Kata Ibunya setiap kali cari rongsok dia
bisa dapat 20000 ada uang tersebut kebanyakan untuk biaya sekolahnya dan jajan
tentunya untuk anak kecil.(dari sini aku
belajar “Dari keterbatasanlah sering
muncul sebuah tekad atau kemauan untuk menjadi lebih baik daripada menikmati
sebuh titik kecukupan”).
Hri- demi
akhir akhirnya aku menemukan sebuah titik jenuh, semacam sebuah pemberintakan
hati, secara waktu itu aku masih di terus disuruh di sebuah desa untuk
menggenapi segala kekurangan yang ada di team dan yang lain udah di desa-desa
lain. Rasanya bosan banget, kenapa harus aku? Aku bosen? Serasa males untuk
kerja... dan alhasil aku kerjanya setengah-setengah waktu itu.Bener-bener saya
muaaaaaaak !!!Katanya gunung GEDHE |
*spesial Note OF Parung KUDA
Ok... tapi
ada hal yang menarik selain di atas di Parung Kuda ini, aku masih bisa
menemukan orang-orang baik di kota buruh ini. Waktu itu aku cari responden di
desa Pondok Kasso Landeuh, aku
bertemu tukang Ojek yang dengan senang hati di bayar tanpa tarif, namanyaAa Otoy. Aa inilah mengantarkan aku di
beberapa desa untuk mengenapi kekurangan. Sempat ada rasa menyesal waktu ngasih
tarif ojek yang trakhir seprtiny aku ngasihnya terlalu sedikit. Maaf ya A’!, tapi terima kasih atas
kebaikan si Aa, semoga Allah melancarkan rejeki Aa’. Hatur Nuwun A’
Yang kedua
adalah Aa’ yang gatau namanya, yupz
waktu itu aku sedang mecari rumah responden, dan jalan disitu tidak dilewati
angkot ataupun jarang ojek. Nah, waktu si Aa lewat aku tanya soalnya kiri-kanan
kalau gak pabrik ya ladang. Kata si Aa’ si di sekitar sisni gak ada
perkampungan yang aku maksud hingga akhirnya aku balik, eeh gak berapa lama
kemudian Aa’ tersebut bilang mau nganterin aku padahal dia mau kerja. Awalanya
akuu gak mau tapi si Aa’ maksa. Dia juga tanya-tanya, Si Aa’ ini belum mau
pergi kalu aku belum dapat alamat yang di maksud. Usut punya Usut ternyata dulu
Aa juga pernah kayak aku nyari alamat, makanya dia kasihan apalagi aku cewek
dan akhirnya ketemu. Makasih ya Aa’
Unforgetable Memory Pertigaan Nagrak
Lagi-lagi
kali ini aku ditugaskan untuk mecari responden untuk mengenapi kekurangan. Tapi
kali ini di Nagrak tepatnya di Nagrak Utara. Untungnya semua respon tepat kelas
6 dan jaraknya lumayan tidak jauh. Walaupun repsonden terakhir aku sempat
memutar lebih jauh ketika tanya sama orang. Ruamh repson terakhirku asri banget
dan ternyata banyaknya adalah pembuat alat masik tradisonal semcama kayak
angklung tapi buakan. Jadi bapaknya sekarang lagi ada proyek tersebut dan alat
musik ini nantinya kan di daftran gitu deh. Semoga usaha bapak ini dimudahkan
dan barokah.
Berhubung
ini adalah hari minggu dan weekend...Nagrak ini emang terkenal ketika arus
mudik lebaran, pasti ada live report di pas tanjakan Nagrak.Nah ketika aku mau
pulang, saat sebelum nyampi pertiga sudah mulai kemacetan yang begitu hebat
tapi akhirnya sampai juga di pertigaan
dan mencoba memnunggu angkot yang sepi. Nah disini terjadi sebuah insiden yang
bener-bener GILA. Kenapa coba hal itu terjadi. Alhamdulillah ada ibu-ibu yang
bantu aku dan ternyata suaminya orang jawa tengah atau jawa timur soalnya
telepon pakia bahasa Jawa. Aku pun menunggu Mbak Lel Ibu Peri Penolong aku akan
insiden yang memalukan tersebut (Thanks
banget Mbak Lel). Mbak Lel dari ketemu aku Cuma tertawa gak jelas gara-gara
insiden aku ini. Aku dan Mbak Lel akhirnya pulang dan berpamitan sama Ibu
tersebut.Thanks Ibu
Sumpah aku malu banget....!!! insiden apa itu
yang jelas gak aku ceritain biar aku, Allah, mbak Lel, dan keluarga ibu tsb
yang tahu ^_^v.
Ciambar yang Eksotis
Ciambar
adalah sebuah desa pemekaran dari Nagrak dan Parung Kuda. Ciambar berdekatan
dekat dengan Gunung Gede bisa dibilang kata para penduduk sekitar adalah kaki
Gunung Gedhe. Yang bikin aku pengen kesini lagi adalah padang ilalang yang
super duper luas kayak yang di Story of
Us bang Vinno sama Marsha. Sumpah keren !!!
Padang ilalang yang luas banget |
Sayang udah
di beli sama orang Jakarta buat pabrik kata penduduk setempat, tapi masih
dibiarkan kosong.
Ok kembali
ke cerita sebelumnya, waktu aku sama mbak Mel dapat tugas bareng ke Ginanjar ternyata
kampung yang kita tuju itu berada di kaki bukit Gunung Gede.Hawa dingin dan pemandangan
yang kerenpun dapat kita nikmati hanya saja tidak bisa bernarsis ria. Nah untuk
ke Ciambar ini kita butuh Ojek kalaupun angkot jarang dan kalau udah jam 4
angkot gak ada karena kalah sama ojek. Jadi kita ambil Ojek ajah dengan biaya 30000 berangkatnya itupun satu
motor untuk 3 orang dan pulangnya masih dengan bapak ojek yang sama yaitu 45000.
Kabut turun di kala hujan di desa Ginanjar |
Note of UF CENTER :
1. Sempat sakit, dan bener-bener gak
enak banget sakit kalau lagi di tempat asing. Gak ada yang perhatian dan kalau
mau males-malesan sekalipun itu badan gak enak banget dan takut kumat kadang
sulit di percaya. Pengen nangis waktu itu.
Sate di pasar Cibadak |
1. Makanan tiap hari kalau gak Nasi Padang (15000), sate kambing (20000), Warung makan Sunda (Rata-rata 10000-12000),
Nasi Goreng (9000), pernah makan mie ayam
(5000) atau bakso (7000) dan jajan di Indomaret (Sari Roti, Susu Beruang, C1000, Kwaci)
2. Slalu terganggu akan suara Patwal setiap pagi dan sore,
Suara truck dan bis yang tiada henti dan suara ngorok setiap malam
3. Penemuan pertama kali ngerokin orang
ampe merah bata dari semua yang pernah aku kerokin.
Hari
terakhir di UF Center dan saatnya berpisah dengan Pak Amir ... Bye bye Pak
AMIR. Di hari ini aku mencoba beli ice cream untuk mengembalikan mood aku saat
perjalan ke Kabandungan.
Kabandungan : Kulkas Alam
Kupu-kupu di jendela rumah dinas camat |
Hahaha....
Kenapa kau bilang kulkas alam, soalnya malam pertama di sini kami kedinginan
sekalipun udah pake selimut, jacket, kaos kaki dan lain-lain. Di tambah lagi
airnya mau pagi-siang-malam itu kayak mandi pake air es yang di taruh di frezeer.
Kabandungan
ini merupakan desa binaan Chevron, pantes ajah beberapa bangunan pasti ada logo
chevron. Nah kali ini aku berpatner dengan mbak Mel. Yang kita tuju pertam kali
adalah daerah perkebunan teh yang merupakan perkebunan juga milik chevron. Hawa
dan sejauh mata memandang sejuk banget. Ternyata Chevron ada pabrik di daerah
situ dan di kaki Gunung Salak. Dan lagi-lagi gak bisa narsis ketika berada di
wilayah ini, selain hujan target harus di kejar. Pengen deh balik lagi, Semoga ajah baliknya karena diterima kerja
di Chevron. AAMIIN YA ALLAH .
Nah di
Kandungan inilah, makan sehari-hari hampir kalo gak sate ya sop kambing soalnya
yang enak cuma itu.hahaha,dan hasilnya pas pulang ke rumah hampir semua orang
bilang kamu kok tambah gendut -___-“. Di Kandungan ini kami tutup dengan berita
duka datang dari keluarga Rizal yang mengabari kau sore itu bapaknya meninggal.
Suasana heningpun terjadimalam itu, Rizal yang ini pulang dulu terhambat karena
akses transportasi di situ sangat sulit, angkot
hanya beroperasi jam4 pagi sampai jam 4 sore menuju kota dan Ojek pun hanya jam 9 dan mereka gak
berani ke kota dengan asalan beberapa waktu yang lalu pernah terjadi pembunuhan
dijalan menuju Parung Kuda. Pantes ajah semua respon aku ketika aku bilang
Kandungan mereka slalu berpesan harus sama laki-laki dan di atas jam 4 sore
harus sampai rumah. Akhirnya Rizal pun menunggu jam 2 pagi untuk angkot pertama
yang menuju ke Parung Kuda dan yang lainya tentunya pulang belakang dan bareng
– bareng...
*Spesial THANKS : *Thanks To warga
Kabandungan Pejabat kecamatan, Keluarga Ibu penjual Sate depan Kecamtan dan pak
RW ^_^
Bye – bye SukaBUMI....
Suasana angkot Kabandungan |
Akhirnya
tugas kami selesai dan kamipun berlima bersiap-siap pulang ke Yogyakarta. Kali
ini rute kami adalah Kabandungan (naik
Elf) –Parung Kuda (Beli Rujak) – Terminal Bogor (Bus Patas AC Sukabumi-Bogor) –
Jaktim ( Pahala Kencana, ganti Bus) – Sentolo ...
Perjalanan
dari Parung Kuda ke Bogor busnya kayak siput dan Perjalan mau ke Jogja kita
ganti bus dulu ke Jakarata Timur daerahKelapa Gading itupun rutenya dari Jaksel- Jakut – Jaktim. Ya setidaknya
kami melihat gedung yang katanya mencakar langit dan tentunya kemacetan yang
bikin Gila... !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di Story Of Miss Risna, Silahkan tinggalkan komentar dibawah ini ( NO SARA ) ^^v