Ahaay akhirnya miss Risna ke dataran tinggi tempat para dewa-dewa yaitu Dieng yang hits banget. Asal kalian tahu saja, planning ini hampir gagal untuk kesekian kalinya tapi akhirnya Simbah (yang waktu itu jalan-jalan ke Clapar dan Kalibiru itu loh) dengan mantapnya bilang jadi mau berapapun orangnya. Sempat tarik ulur juga seh,soalnya yang ikut gak ada ceweknya. Because rada susah Babe ane kalau anak yang cantik & ganteng pas takaran ini pergi jauh tanpa sesorang yang benar-benar beliau kenal. Walaupun emang kada miss Risna suka nekat jalan-jalan sendirian (maafkan anakmu ini Pak!!!). Ok ... sebelum lanjut cerita pasti pada penasaran kan kali ini aku ditemani lagunya sapa? Nah ... jawabannya adalah #np Padi - Menanti Jawaban, Kasih Tak Sampai, Mahadewi, Sesuatu Yang Indah dan Bondan ft F2B - Not With Me, Bunga.
|
Terima kasih Allah, Kau masih mengijinkanku melihat terbitnya matahari |
Kami berangkat ke Dieng tanggal 1-2 November 2014, ya kami ambil 2 Day 1 Night soalnya rencananya mau jengkuk Fina dulu yang rumahnya di Banjarnegara yang kemarin sebenarnya mau ikut tapi kena musibah kecelakaan. Dilanjut mau lihat sunrise dan beberapa wisata yang ada di kawasan wisata Dieng. Sebelumnya aku berpesan sama Simbah kalau OTW dari Wonogiri kasih kabar yak. Nah ternyata jam 06.30 WIB di awal bulan November ini Simbah udah OTW ke Jogja. Akupun segera siap-siap, chat Oeli buat siap-siap juga dan sekitar jam 08.00 WIB Oeli sampai rumahku. Sempat terjadi tarik ulur mau dibawa apa gak SB-nya. Soalnya aku dan Oeli takutnya nanti dikira lebay, wong mau piknik tapi kayak orang pindahan nanti.Hehehehe...Tapi akhirnya SB-nya itu kami bawa dengan memanfaatkan bagasi motor uli yang cukup lega.Kami melajukan motor kami ke kost Candra yang jadi meeting point kami bertemu. Tapi sebelumnya kami mampir ke minimarket untuk beli perbekalan di jalan dan sarapan karena si Candra lagi mandi waktu di sms. Sekitar jam 09.00 WIB mendaratlah di kos Candra dan yang si punya kos baru selesai mandi dan kami menunggu begitu lama kedatangan Simbah. Hingga akhirnya sekitar jam sebelas kurangpun Simbah sampai juga dan perkenalan personil trip ke Dieng inipun dimulai. Ya ... trip ke Dieng ini ada 6 orang yaitu Simbah a.k.a Tona, Candra, Ian, Ryan a.k.a Mrs Ian, Oeli dan miss Risna.
|
Menunggu Simbah... abaikan keset dibelakang |
Berhubung tujuan utama kita adalah ke rumah Fina dulu di Banjarnegara, kami pun meminta petunjuk dari Fina. Berikut rute yang kami lewati untuk menuju Banjarnegara yang sejalur dengan jalur wisata Dieng. Jogja - jalan Magelang - Muntilan - pertigaan lampu merah arah Borobudur ambil arah Borobudur - kolam renang Mendut ambil kiri arah Borobudur - setelah jembatan ambil kanan - lurus ikuti jalan tersebut sampai Salaman ada jalan tanjakan habis masjid kanan jalan - ambil kanan - ikuti jalan tersebut sampai pertigaan pas tanjakan ambil kanan arah Wonosobo - tembusnya pasar Kretek ambil kiri dan Ikuti jalan lurus - ntar ada jalan cawang ambil kiri yang arah Banjarnegara - kalau kanan arah Wonosobo. Jalan yang di kasih Fina ini wow banget dah, sensasinya itu loh berasa banget buatku yang duduk di mobil paling belakang (bukan belakang mobil ya). Kamipun melewati rafting Serayu yang hits itu, ya hanya melewatinya saja dan tak terasa kami sampai di meeting point berikutnya yaitu Alun-alun Banjar. Nah di Alun-alun Banjar ini kami ketemu Fina dan sekalian istirahat buat sholat dulu. Setelah kami ketemu Fina, kami dibawa ke sebuah saung xxx (berhubung ane gak diendorse jadi aku sensornya.hahaha) buat ditraktir makan neh sama Fina. Setelah selesai makan kamipun melanjutkan perjalanan menuju rumah Fina dan diperjalanan menuju rumah Fina ini sempat kaget karena Singapore sama New York pindah ke Banjarnegara (sayangnya gak mampir).Kamipun sampai rumah Fina dan menikmati sajian yang udah Fina keluarga siapin bahkan sampai dirampok oleh kami (makasih ya pak, bu dan Fina plus maafkan kami). Kamipun melanjutkan perjalanan kami ke Dieng dengan via Banjarnegara dengan peta yang dibuatin oleh bapaknya Fina.
|
Sampai di rumah Fina dengan sajian yang meja ajah gak kelihatan |
Jalan untuk menuju Dieng ke Banjarnegara ini diwarnai oleh tanjakan yang lumayanlah, ditambah dengan rintik hujan. Bahkan dalam perjalanan kami sempat menemui truk membawa sayuran jatuh ke jurang dan mobil kami sempat juga kehabisan tenaga. Sempat mampir untuk sholat maghrib dan merasakan dinginnya air es seperti waktu di Kabandungan Sukabumi. Hawa dingin yang mulai menusuk relung hatipun mulai terasa karena kami akhirnya sampai juga di Kawasan Wisata Dieng. Tujuan kami adalah untuk melihat Golden Sunrise yang terkenal itu. Spot yang kami pilih adalah Gunung Prau yang awalnya sempat mikir untuk ke Sikunir tapi mantapnya ke Gunung Prau. Sempat sampai ke Sikunir juga yang udah begitu ramai tapi akhirnya kami putar balik karena jalur untuk ke Gunung Prau bukan lewat Sikunir. Jadi akhirnya kami ambil jalur pendakian via Dieng Wetan dimana kalau kalian berada di pertigaan yang sangat hits itu ntar ambil kanan ada basecamp untuk pendakian Gunung Prau ini.Yuppy emang untuk pendakian Gunung Prau yang memiliki ketingian 2565 mdpl ini ada bebarapa jalur.Jalur yang terkenal adalah jalur via Patak Banteng, Jalur utara dari desa Kenjuran ataupun Dieng Wetan seperti kami (aku searching di Google untuk jalur ini, karena jujur saja ini adalah pendakian pertamaku, tapi pernah mendaki Gunung Api Purba Nglanggeran juga seh.hahahaha ^^v).Setelah kami check-in (bahasamu loh Na'), kamipun bersiap-siap. Dari ke kamar mandi dulu sampai re-packing apa yang harus di bawa dan apa yang harus ditinggal. Soalnya sebelumnya tadi kami sempat mampir mini market buat memenuhi amunisi untuk perjalan dan dipuncak sana.
|
Peta Pendakian Gn Prau via Dieng Wetan |
Sekitar jam sembilan malam kurang berapa menit, Ian memimpin doa sebelum kami melakukan pendakian. Selama Ian ngomong ini jujur ajah pikiranku melayang seuatu tempat. Bukan galau, tapi sebuah percakapan dengan diri sendiri. Ya selama ini jujur ajah ketika ada temen yang ngajak buat mendaki, slalu aku tolak. Ini ajah awalnya ditawarinya ke Sikunir makanya aku iyakan tapi planning berubah menjadi ke Gunung Prau. Hatiku waktu itu seakan bilang "loe yakin Na'?Hay loe yakin? Ketakutan selama ini yakin bisa loe kalahkan? Pikiran-pikiranmu yang selalu diluar batas normal itu bisa kamu kendalikan?" Ya, waktu itu penuh berdebatan dalam hati,otak dan jiwaku.Tapi akhirnya setitik keyakinan dan tadi sempat tanya sama Ryan kalau dia juga baru mendaki pertama kali, begitu juga Oeli plus ada Ian dan Candra yang punya pengalaman naik gunung berkali. So akhirnya itu yang membuat aku lumayan tenang dan yakin. (Alasan kenapa aku mempunyai ketakutan atau sungkan kepada gunung akan aku posting tersendiri walaupun di draf udah ada dari beberapa tahun lalu tapi masih sulit untuk aku tuangkan dalam rangkaian kalimat. Bukan lebay ... tapi ini seperti sesuatu yang udah tertanaman begitu lama di dalam jiwaku tentang Gunung dan aku).Setelah berdoa dan menyakinan diri sendiri kamipun segera berangkat.
Jalan perkampungan rumah warga yang dihiasi oleh anak tangga yang lumayan banyak menyapa awal pendakian kami. Setelah itu barulah sebuah hamparan ladang para warga dan aku melihat bintang. Cuma bintang itu sangat banyak dan bertambah, keringat dingin pun mulai menglair deras dan sebuah kalimat "udah dech aku sampai sini saja kalian naiklah" terlintas di dalam otakku tapi tak sempat aku katakan. Hanya aku bilang untuk istiraht dulu, aku berkunang-kunang. Yuppz antara malu tapi lebih merasa bersalah bersama sama temen-temen, karena ini belum apa-apa kok udah mau pingsan. Di otakku pun banyak kalimat udah dech sampai sini ajah takut ngrepotin kalian tapi tak terucap seolah aku bisa kok tapi istirahat ya dan thank you so much buat kalian yang sabar dan menyemangatiku. Thanks juga buat Ryan berbagi coklat caca yang buatku kembali segar lagi. Simbok Oeli juga dan para cowok-cowok kece wes.hehehehe... Perjalanan kamipun dilanjutkan, bintang-bintang dan bulan malam itu seakan menertawakanku.hahahaha...tapi karena bintang-bintang inilah akhirnya apa yang ada diotakku tentang pikiran-pikiran yang negatif mulai pudar. Jalan menuju pos 1 masih landai karena kiri-kanan masih ladang. Dari pos 1 menuju pos 2 inilah jalurnya udah mulai bervariasi dan menuju pos 3 inilah yang makin wow banget jalurnya. Tapi mulai terobati atau terhibur ketika lihat bulan yang seolah-olah semakin bisa digapai saja dan gerembolan bintang-bintang yang awesome banget. Ah ... aku kangen lihat bintang-bintang seperti ini. Angin malam pun semakin kencang dan mengantarkan kami sampai pos 3. |
Di pos 3 ini lah kami sempat tarik ulur apakah masih kan terus melanjutkan ke puncak atau tidak. Soalnya jalur dari pos 3 ini menuju puncak ini jalannya turun terus naik lagi. Nah ada yang yakin dan lanjut ya ayo...cuma waktu itu angin makin kenceng hingga akhirnya kami istirahat dulu di di pos 3 ini. Ian juga terlihat begitu kelelahan karena salah packing begitu juga dua laki-laki, Candra dan Simbah jua terlihat capek. Untuk para perempuan sudah mulai pada kedinginan. Disinilah aku sadar bahwa aku salah bawa jaket. Jaket yang aku bawa yang aku yakini bakal hangat di banding jaket-jaket yang lain ternyata tak empan sedikitpun.Sambil beristirahat, Ian dan Candra balik nyari jalur ataupun tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Tapi karena tidak memungkinkan akhirnya buatlah perapian untuk menghangatkan badan. Cukup lama juga untuk mendapat kehangat dari api ini. Sambil menunggu perapiaan jadi, kami mencoba menghangatkan badan SB yang kami bawa tapi lagi-lagi dinginnya itu menusuk sampai relung hati boooow. Senyuman bintang yang bertaburan malam itupun tak bisa menghangatkan relung hati yang terkena angin malam itu. Hingga akhirnya Ian dan Candra mendirikan tenda dengan sedikit memotong jalan (maafkan kami ya para pengunjung lain) dan tenda-tenda itupun diisi oleh para cewek-cewek hanya saja tenyata lebih dingin dari tempat kami ngumpet. Tenda, SB, pelukan , bahkan pakaian yang berangkap-rangkappun tak menghangatkan tubuh kami. Hingga akhirnya Ryan kembali ke tempat kami ngumpet tadi dan meninggalkan aku dan Oeli di tenda berdua. Apa yang kami lakukan di tenda biarkan aku, Oeli dan Tuhan yang tahu *tsaaah.
|
Berpelukan |
|
Yeah ... menanti matahari terbit. coba tebak gunung apa itu? |
|
atis coy |
|
Aku suka foto ini, fotoku gak ada yang angle kayak gini T_T |
|
Matahari terbit dari pos 3 pendakian via Dieng Wetan Gunung Prau |
|
Suka banget sama bunga ini |
|
Birunya langit keren kan |
Walau tidur kami tak nyenyak akhirnya apa yang kami tunggu akan datang. Simbahpun segera memanggil kami yang masih berada di tenda dan warna jingga pun mulai menghiasi hamparan langit pagi itu. Sekalipun kami tak sampai puncak tapi sebuah lukisan Tuhan dari pos 3 ini sangat begitu cantik. Kamipun tak lupa mengabadikan itu semua dan membaur dengan yang lain. Sayang waktu itu Mr dan Mrs Ian gak menikmati sunrise. Setelah kami menikmati momen matahari terbit dengan foto-foto kami kembali ke tempat persembunyian kami. Kami mencoba menghangatkan diri dan sempat berberes tenda supaya gak menghalangi jalan. Nah waktu kami berjempur di bawah matahari (walaupun gak terasa hangatnya) sambil melayani Simbah yang narsisnya gak ketulungan dan Simbah tanya ma aku. Inti pernyataannya adalah apakah aku kapok dan apakah yang aku dapat selain melihat sunrise tadi? Jawabnya adalah aku gak kapok cuma masih belum siap kalau diajak untuk mendaki gunung seperti Merbabu dkk (jawabnya kayak diatas tadi "seperti sesuatu yang udah tertanaman begitu lama di dalam jiwaku tentang Gunung dan aku" yang belum bisa kau ungkapan lewat rangkaian kalimat) dan pertanyaan Simbah tentang selain lihat Sunrise ini mengingatkanku akan sebuah status om Lilik "Kenapa orang mau mendaki gunung itu hanya untuk melihat sunsrise" walaupun gak semua dan itu termasuk aku yang merupakan pendakian pertama kali. Bahwa mendaki gunung itu bukan gimana kamu setelah di puncak dan menikmati apa yang ada di puncak tapi bagaimana kamu bisa sampai puncak itu. Ya ... aku lebih banyak mendapatkan sebuah pelajaran ketika aku berjalan menuju pos 3 ini. Dari aku yang sempat mau pingsan dan udah pesimis buat gak melanjutin perjalanan tapi semua itu aku tepis bahwa aku bisa. Aku ingin tahu apa yang ada dipuncak sana, aku ingin mencoba mengalahan diriku sendiri dari pikiran-pikiran negatif, aku setidaknya bisa tahu berbagai macam karakter orang, ah banyaknya apa yang aku dapat dalam perjalanan menuju itu dan sunrise itu adalah kado Tuhan untukku karena telah melewati semua proses itu. Ups.. jadi inget sama kalimat bapak " Janganlah menjadi wanita yang hanya menunggu di puncak tapi dampingi lah dia menuju puncak tersebut " dan itu emang bener banget pak. Karena sesungguhnya dari sebuah proses itulah kamu mendapatkan lebih banyak sebuah pelajaran. Aaah...aku ketagihan menikmati perjalanan ini, terima kasih Allah dan teman-teman.
|
Cowok paling narsis 2014 |
|
Waktunya pulang narsis dulu |
|
Jalur Pendaki via Dieng Wetan |
|
Akar-akarnya keren yak *salah fokus* |
|
Neh cewek-cewek kece 2014 |
Nah berhubung tadi Mr Ian dan Mrs Ian belum narsis makna aku mengajak Mrs Ian untuk narsis. Kali ini aku rada iri sama pasangan ini. Mereka photo couple di Gunung Booo... Gueeh kapan ??? (aaah lupakan Na' ... ah tapi ini keren coy kan jarang banget tuh photo couple di Gunung. Kayak gak pasaran gitu loh.Tuhan kirimlah tulung rusuk yang sebelah..mau masak bakso rusuk nih *mulai gila Na'?*). Setelah puas dengan narsis-naris kamipun siap-siap untuk turun. Tak lupa sampah yang kita bawa tadi dibawa pulang lagi. Inget ya!!! hayo yang ngaku anak pencinta alam tapi masih nyampah di gunung atau dimanapun itu. Selama kami menurun ini kami bergumam dengan dengan jalur yang kami lewati tadi malam dan tak lupa mengabadikan diri bahwa di jalur ini kami pernah lewat. Cukup dengan foto bukan dengan coret-coret gak jelas atau menyayat pohon-pohoh (sakitnya tuh disini). Kami sampai di basecamp sekitar jam 9 kurang. Mau bersih-bersih tapi toiletnya antri dan aku udah gak betah karena berkeringat hingga akhirnya setelah selesai istirahat kami menuju sebuah masjid untuk bersih-bersih dan lanjut ke tempat wisata selanjutnya.
|
Maafkan aku kabel |
|
Akhirnya ketemu Unik juga |
|
Yeah Telaga Warna |
Berhubung sudah lumayan cantik dan ganteng kamipun segera menuju Telaga Warna karena Unik telah menanti kami. Jalan menuju obyek wisata ini sangat ramai karena weekend. Kamipun sedikit kesulitan untuk mencari parkiran walupun akhirnya dapat dan kami akhirnya masuk Telaga Warna dengan cemilan bakso ala wisata Dieng. Berhubung pengunjung lumayan banyak dan kami masih begitu capek kami tidak keliling telaga warna. Kami hanya di beberapa titik spot yang cukup bagus untuk di foto dan bertemulah dengan Unik yang juga lagi piknik sama teman kantornya. Kami gak sampai ke spot di Telaga Warna yang hist itu dan ilalang yang pengen aku datangi itu. Tapi emang mood aku kalau tempat wisatanya rame kurang bisa menikmati. Setelah cukup puas kamipun binggung mau lanjut kemana hingga akhirnya sang perut bersuara untuk minta diisi dan kami menjatuhkan pilihan kami ke makan khas Dieng yaitu Mie Ongklok dan mencicipi Purwaceng.Setelah kami makan dan kenyang hasrat kami untuk piknik dan tidur lebih berat ke tidur tapi berhubung udah sampai ke Dieng setidaknya kami menikmati satu obyek wisata lagi dan Candi Arjuna menjadi tujuan terakhir kami sebelum pulang. Di Candi inipun banyak sekali para pengunjung jadi kami hanya berjemur menikmati candi Arjuna tanpa menyentuhnya.
|
Candi Arjuna |
|
Levitasi yang sedikit gagal |
Setelah cukup puas, kamipun bergegas untuk mkembali ke mobil dan menlanjutkan berjalan pulang ke Jogja lewat Wonosobo - Temanggung - Jogja. Di perjalan pulang inilah hampir seluruh penghuni mobil kecuali sopir, tidur terlelap karena saking kecapekan. Sebelum perjalan ini berakhir kami mampir cari makan dengan menu nasi yang jadi andalan dan tibalah di kos Candra. Aku dan Oeli pun pamit undur diri untuk melanjutkan berjalankan ke Kulon Progo. THANK YOU SO MUCH GUYS ... Simbah, Candra, Mr & Mrs Ian plus Oeli buat trip Dieng ini yang penuh cerita pastinya.
|
Love |
Hmmm, klo dirimu ke Wonosobo dari Borobudur berarti lewatnya jalur Salaman-Sapuran mbak. Tanjakannya emang rodo "nggilani" tapi ya jauh lebih pendek daripada mesti muter lewat Temanggung. Semoga besok-besok diberi kesempatan untuk bisa sampai puncak Gunung Prau ya mbak.
BalasHapusWeleh... itu telaga warnanya kering kerontang...
iya mas lewat situ...gilani soalnya pas di atas ban jadi kalu ada lubang itu sakitnya tuh disana-sini tapi emang lebih cepet kerasa banget pas pulang lewat temanggung.
HapusAamiin semoga lain waktu masih diberi kesempatan bisa sampai puncak dan menikmati keindahan dieng lainnya apalagi Batu Pandang -nya ...l
emang kalu gak kering meluap-luap kah mas?
ahhh Dieng emng Bromonya Jawa Tengah mbak hehe beruntung Jawa Tengah punya Dieng ^-^...itu view telaga warnanya mantep tenan mbak heheh beda keringnya baru tau bisa kering gt hehe
BalasHapusDoain semoga tahun depan Bromo kena checklistku mas . Aamiin bisa ngrasain diengnya jawa timur. sepertinya kering ya? kok pada bilang kering seh ^^v
HapusAamiin mbak pasti kesampaian mbak kata mas Wijna juga mbak hehe... iya mbak kering tuh air hehe..sampe ada putri duyung keluar dari telaga warna terus nongol berdua pleukan di antara sunrisee ahh itu foto paporit haha hay
HapusJangan putri duyung pliiis ...ntar saya gak bisa dolan ke daratan mas ^^v
HapusAku ra diajak 😒
BalasHapusnjir keren banget, apalagi kalo sama pasangan hidup :3
BalasHapushttp://cafevixion.blogspot.com/2015/03/segarnya-udara-pagi-hutan-pinus-imogiri_21.html
trimakasih infonya.....
BalasHapussangat menarik dan bermanfaat....
mantap..
infonya sangat menarik...
BalasHapusmantap...
Mba, mau taya dong. Kira kira kalo ke Diang sekitar akhir bulan november bagus gak ya? Apa disana sudah masuk musim penghujan? Thanks
BalasHapussudah kyknya, soalnya waktu itu aku kesana november disana udah hujan^^v
Hapuskeren cerita perualangan di gunung prau diengnya Kak :)
BalasHapusnice place
BalasHapuskeren mas buat infonya dan salam sukses selalu
BalasHapus