Ehm .. sebenarnya lumayan binggung ketika memilih judul yang pas untuk postingan ini. Tapi berhubung setiap cerita itu harus punya judul walaupun banyak orang memberikan sebuah cerita dengan judul " Tanpa Judul, Untitle, Belum Ada Judul, dll". Nah jadi biarlah judul postingan ini seperti itu karena kali ini emang miss Risna akan menulis cerita tentang sebuah gunung dan imajinasi seorang anak kecil tentang gunung yang sampai sekarang imajinasi itu masih tertanam dalam imajinasi gadis kecil itu yang kini telah tumbuh menjadi perempuan dewasa. Siapa dia? Apa Imajinasinya? Bagaimana ceritanya? Mari lah sejenak masuk dalam imajinasinya.
Gunung dan imajinasi anak kecil |
Gadis kecil adalah miss Risna. Jadi awal ceritanya adalah di masa kecil miss Risna pernah baca sebuah buku yang dibeli oleh kakakku. Awalnya miss Risna emang tak tertarik tapi karena kakak miss Risna mengajak untuk bermain buku tersebut maka miss Risna mau tak mau terlibat menjadi korban buku yang dibaca kakak miss Risna. Buku itu adalah buku Kokology karya Tadahiko Nagao dan Isamu Saito. Kokology itu sendiri adalah (Kokoro [bahasa Jepang] yang artinya pikiran, semangat, perasaan, sedangkan -logia [bahasa Yunani] artinya ilmu) seri permainan psikologi untuk menyingkap emosi dan sifat tingkah laku seseorang (1) atau istilah populer untuk tingkah laku manusai atau respon, situasional (2). Yups buku Kokology emang merupakan sebuah buku game untuk menggali pontensi yang ada dalam diri kita dan lebih efektif dengan melibatkan dua orang. Nah, miss Risnapun terbenam oleh permainan dalam buku ini dan sampai dalam bagian ------------ "Di Kedalam Gunung". Isi, pertanyaan dan jawaban miss Risna dalam bagian ini lah mungkin masih bersemayam dengan lekat di dalam diri miss Risna hingga saat ini. Apa yang membuat sampai melekat, bagian itu adalah seperti ini (kalian boleh ikutan main dengan meresapi kata-kata dan membayangan cerita dibawah ini dan jawab pertanyaan dengan jawaban yang terlintas pertama kali),
Gunung dan laut - alam memiliki kekuatan yang menarik kita kepadanya. Lagipula, kita semua adalah bagian dari alam. Dilahirkan ke dunia dan diberi makan olehnya. Tidak peduli teknologi secanggih apapun yang dikembangkan, kembali ke alam membuat kita merasakan sungguh-sungguh hidup. Ilmu Kedokteran mungkin telah semakin maju, tapi obat terbaik untuk kesembuhan akan selalu berasal dari kekuatan alam.
Perjalanan berikut akan membawa Anda kembali ke alam. Apa pemandangan yang cocok untuk menemuakan kealamiah Anda?
Gunung dan laut - alam memiliki kekuatan yang menarik kita kepadanya. Lagipula, kita semua adalah bagian dari alam. Dilahirkan ke dunia dan diberi makan olehnya. Tidak peduli teknologi secanggih apapun yang dikembangkan, kembali ke alam membuat kita merasakan sungguh-sungguh hidup. Ilmu Kedokteran mungkin telah semakin maju, tapi obat terbaik untuk kesembuhan akan selalu berasal dari kekuatan alam.
Perjalanan berikut akan membawa Anda kembali ke alam. Apa pemandangan yang cocok untuk menemuakan kealamiah Anda?
- Anda telah siap mendaki gunung, dalan pencarian sebuah batu antik. Apa kesan Anda terhadap gunung ketika berdiri di atasnya?
- Setelah pencarian melelahkan, Anda masih belum menemukan batu antik. Sekarang matahari telah terbenam. Apa yang akan Anda lakukan kemudian?
- Akhir Anda menemukan batu yang dicari. Jenis batu apakah itu? Jelaskan ukuran, berat dan nilainya.
- Sekarang tiba saatnya turun gunung dan kembali ke Rumah. Kata-kata perpisahan apa yang akan dikatakan kepada gunung dan apa jawaban dari gunung?
Gunung yang terbayang di hadapan Anda mewakili ayah atau figur ayah di dalam hidup Anda. Dalam istilah psikologi itu adalah manifestasi dari pola dasar "orang tua yang bijak". Batu yang dicari melambangkan kemampuan dan kekuatan yang harus ditemukan dalam diri sendiri dalam perjalanan ke arah kemandirian.
- Kesan terhadap gunung menunjukan kesan terhadap ayah.
- Batu yang dicari melambangkan bakat atau kekuatan Anda yang belum ditemukan. Respon terhadap pertanyaan ini menunjukkan apakah Anda pernah menyadari potensi Anda pernah menyadari potensi Anda yang belum pernah disentuh.
- Cara menjelaskan batu menunjukan rasa berharga Anda.
- Kata-kata perpisahan kepada gunung menunjukan apa yang selalu Anda inginkan, tapi tidak pernah tercapai untuk dikatakan kepada ayah.
Waktu itu, main atau membaca buku dan menjawab pertanyaan dibagian ini emang aku bener membayangkan atau masuk dan terhanyut oleh imajinasiku itu. Tapi imajinasi itulah membuatku menjawab pertanyaan dengan mudah dan sepertinya jujur. Jawaban pada " Di Dalam Kedalam Gunung" ini emang sepertinya benar dan mengena sekali dalam diri miss Risna. Ya sampai saat ini gunung itu emang seperti sosok ayah dalam diri miss Risna, walaupun sebenarnya sosok ayah miss Risna tak pernah bisa digambarkan oleh apapun. Tapi itulah yang miss Risna rasakan. Gunung itu begitu gagah dan kuat dipandang dari kejauhan atau dari dekat tapi kita tak pernah tahu apa yang sebenar dirasakan gunung. Ya kita tak pernah tahu apa yang sedang terjadi dalam perut bumi atau dalam perut gunung yang seolah itu perasaan. Sama seperti ayah, selama ini mungkin kebanyakan kita melihat ayah kita adalah sosok yang tangguh dan begitu kuat. Tapi kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya beliau rasakan atau sembunyikan. Karena tak jarang dari mereka tak pernah ingin anaknya tahu bahwa sesungguhnya hatinya bergejolak.
Nah imajinasi ini terus miss Risna bawa ternyata sampai detik ini. Apalagi point ke empat, ada banyak kata hingga membentuk kalimat seiring waktu berputar dan belajar dari kehidupan yang sampai saat ini berasa tak bisa aku sampai sampai pada gunung setelah aku menaiknya. Rangkaian kata itu belum belum juga bisa terucap. Dan Imajinasi inilah yang saat ini sepersekian persen juga mempengaruhi ajakan dan tawaran dari teman-temanku untuk naik gunung. Sekalipun akhirnya pernah satu-dua kali naik dan ada yang tak capai puncaknya. Ya... mungkin leat tulisan ini buat temen-temn yang masih gigih dan makasih banget masih gigih ngajak aku naik gunung akan tahu kenapa aku kadang mikir panjang banget ketika di ajak dan banyak berakhir ke pilihan "No, thanks" tapi gak pernah kapok buat ngajak.
Destinasi gunung bagiku bukanlah sembarangan tempat yang bisa aku jadikan tujuan piknikku tanpa perencanan dan kemantapan hati. Sekalipun banyak sekali kalimat yang bilang dengan naik gunung kamu bakal tahu karaktermu sendiri, kamu akan mencoba mengalahkan dirimu sendiri ataupun disinilah mentalmu sebagai petualang akan terbentuk dan lainnya. Kalimat itu emang benar, siapa sih yang gak tertantang dan tertarik, but bagiku tak cukup hanya karena aku tertantang atau karena sekarang lagi tren. Alasan seperti ini sering kali aku lontaran dan banyak yang bilang aku lebay. Aku kata itu dan bahkan alasan itu masih aku lontarkan ketika aku akhirnya dua kali naik gunung kayak Gunung Prau (cerita ini) dan terakhir kemarin adalah Gunung Andong (belum aku posting, lagi nyok nyibuk).Ketika kakimu melangkah menuju puncak gunung bahkan ketika sampai puncak (puncak andong yang berhasil, yang prau alhamdulilah sampai pos 3) pun aku masih bertanya "kenapa aku naik gunung sih?", "apa sih yang aku cari?" bahkan ketika temanku bilang "jangan kapok naik gunung ya Na'", dalam hatiku masih bilang "mikir-mikir dulu deh".
"Ah lebay loe Na', Loe gak kekinian banget sih, loe cemen ah takut naik gunung &(*^&%$%#", whatever you say!!! karena sampai detik inipun aku masih belum menemukan apa sih yang aku cari tentang gunung, atau apa yang aku cari di gunung aku belum menemukan hal tersebut. Berbeda dengan ketika aku lari ke hutan, yang dimana aku mencari sebuah ketenangan atau mencari sebuah petualangan yang bikin penasaran. Ke pantai karena aku ingin keheningan diantara gemuruh ombak. Ya kamu gak bisa bandingi gunung dengan itu dong na', gunung itu misterius kok na'. Iyes aku tahu itu, but Gunung bukanlah destinasi yang dimana aku bisa berjalan dengan semauku,sesukaku. Makin kesini pun aku selalu bertanya apakah aku ini latah, apakah aku ini takut karena teman-temanku sudah menapakkan kakinya disana tapi aku belum? Itu menurumu ego yang gak bisa aku kontrol jika aku melakukan itu. Karena sekali lagi, Gunung itu bagiku adalah sebuah destinasi yang bernyawa yang dimana ketika aku meninjakan kakiku diwilayahnya, aku dan dia akan membuat kontrak yang harus saling penuhi. Memandangnya begitu jauh dan dia menyapakupun aku cukup puas karena terkadang saat aku berada di puncaknya, aku tak seolahtak bisa berbicara dengannya. Karena terkadang rasa sombong akan datang ketika kaki ini telah menginjak puncaknya dan akhirnya egoku kan mencoba menginjak-injak puncak yang lebih tinggi.
Terdengar keren sepertinya tapi entah lah, bahakan rangkain kata yang ingin aku ucapkan muter-muter. Pada intinya thanks banget buat temenku yang sampai detik ini masih ingin mengajakku naik gunung dan selalu mengerti aku ketika aku bilang tidak dan tak pernah bosan mengajak. Sampai saatnya nanti aku bilang YEESSS...biarkan aku aku BELAJAR bagaimana aku menyimpan sampahku sampai bertemu tempat sampah, terus bagaimana aku mengontrol emosi-emosi yang bergelora.Thanks you so much...Gunung suatu saat nanti mungkin kita akan bercengkrama tapi ijinkan dulu aku belajar bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu. Keindahan yang kamu tawarkan yang selalu terabadikan dalam gambar, memang membuatku lebih bersyukur tetapi disisi lain kamu memberitahuku bahwa akulah yang harus menjaga dan merawat keindahan yang kamu tawarankan itu. Kecup jauh dariku yang akan memelukmu suatu saat ananti jika Allah mengijinkan.
*p.s fotonya nyusul ya...jauh2 ke warnet fotonya gak kebawa T_T
Destinasi gunung bagiku bukanlah sembarangan tempat yang bisa aku jadikan tujuan piknikku tanpa perencanan dan kemantapan hati. Sekalipun banyak sekali kalimat yang bilang dengan naik gunung kamu bakal tahu karaktermu sendiri, kamu akan mencoba mengalahkan dirimu sendiri ataupun disinilah mentalmu sebagai petualang akan terbentuk dan lainnya. Kalimat itu emang benar, siapa sih yang gak tertantang dan tertarik, but bagiku tak cukup hanya karena aku tertantang atau karena sekarang lagi tren. Alasan seperti ini sering kali aku lontaran dan banyak yang bilang aku lebay. Aku kata itu dan bahkan alasan itu masih aku lontarkan ketika aku akhirnya dua kali naik gunung kayak Gunung Prau (cerita ini) dan terakhir kemarin adalah Gunung Andong (belum aku posting, lagi nyok nyibuk).Ketika kakimu melangkah menuju puncak gunung bahkan ketika sampai puncak (puncak andong yang berhasil, yang prau alhamdulilah sampai pos 3) pun aku masih bertanya "kenapa aku naik gunung sih?", "apa sih yang aku cari?" bahkan ketika temanku bilang "jangan kapok naik gunung ya Na'", dalam hatiku masih bilang "mikir-mikir dulu deh".
"Ah lebay loe Na', Loe gak kekinian banget sih, loe cemen ah takut naik gunung &(*^&%$%#", whatever you say!!! karena sampai detik inipun aku masih belum menemukan apa sih yang aku cari tentang gunung, atau apa yang aku cari di gunung aku belum menemukan hal tersebut. Berbeda dengan ketika aku lari ke hutan, yang dimana aku mencari sebuah ketenangan atau mencari sebuah petualangan yang bikin penasaran. Ke pantai karena aku ingin keheningan diantara gemuruh ombak. Ya kamu gak bisa bandingi gunung dengan itu dong na', gunung itu misterius kok na'. Iyes aku tahu itu, but Gunung bukanlah destinasi yang dimana aku bisa berjalan dengan semauku,sesukaku. Makin kesini pun aku selalu bertanya apakah aku ini latah, apakah aku ini takut karena teman-temanku sudah menapakkan kakinya disana tapi aku belum? Itu menurumu ego yang gak bisa aku kontrol jika aku melakukan itu. Karena sekali lagi, Gunung itu bagiku adalah sebuah destinasi yang bernyawa yang dimana ketika aku meninjakan kakiku diwilayahnya, aku dan dia akan membuat kontrak yang harus saling penuhi. Memandangnya begitu jauh dan dia menyapakupun aku cukup puas karena terkadang saat aku berada di puncaknya, aku tak seolahtak bisa berbicara dengannya. Karena terkadang rasa sombong akan datang ketika kaki ini telah menginjak puncaknya dan akhirnya egoku kan mencoba menginjak-injak puncak yang lebih tinggi.
Terdengar keren sepertinya tapi entah lah, bahakan rangkain kata yang ingin aku ucapkan muter-muter. Pada intinya thanks banget buat temenku yang sampai detik ini masih ingin mengajakku naik gunung dan selalu mengerti aku ketika aku bilang tidak dan tak pernah bosan mengajak. Sampai saatnya nanti aku bilang YEESSS...biarkan aku aku BELAJAR bagaimana aku menyimpan sampahku sampai bertemu tempat sampah, terus bagaimana aku mengontrol emosi-emosi yang bergelora.Thanks you so much...Gunung suatu saat nanti mungkin kita akan bercengkrama tapi ijinkan dulu aku belajar bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu. Keindahan yang kamu tawarkan yang selalu terabadikan dalam gambar, memang membuatku lebih bersyukur tetapi disisi lain kamu memberitahuku bahwa akulah yang harus menjaga dan merawat keindahan yang kamu tawarankan itu. Kecup jauh dariku yang akan memelukmu suatu saat ananti jika Allah mengijinkan.
*p.s fotonya nyusul ya...jauh2 ke warnet fotonya gak kebawa T_T
gunung emang sellau jadi misteri ya mbak hehe
BalasHapusiya mas, setiap gunung emang punya cerita dan rahasia tersendiri ^^v
HapusLalu kenapa sih mbak naik gunung? trus apa yang di cari???,,,, salam kenal miss risna
BalasHapusKalau aku naik gunung kemarin diajak mas, penasaran kenapa pada suka naik gunung.Kalau apa yang dicari,kemarin aku cari jawaban kenapa orang-orang terdekat saya demen naik gunung. hahahah ^^v salken juga mas
Hapus