Bandung Bagian I
Berawal dari ajakan Mbak Oenik tercinta untuk piknik bareng-bareng ke Bandung. Akhir hal ini terealisasi juga di tahun 2018 tepatnya hari Kamis, 10 Mei 2018. Bulan dimana aku akan berkurang usianya dan emang punya niatan buat bikin kenangan baru di Bandung. Tim buat ke Bandung ini ada empat orang. Aku, Mbak Oenink, Nisa dan Oeli. Kami memutuskan untuk 3 Hari 4 Malam dengan menggunakan akomodasi Kereta Api untuk WT - BDG (PP). Tiket keereta yang ngurus Mbak Oenink dan kita milih kelas Bisnis. Sedangkan untuk akomodasi selama disana kita milih tidur di Hotel yang kita pesen via Pegipegi.com dan sewa motor di Sewa Motor Bandung. Semua kita booking sebelum berangkat ya.
Pagi di Bandung |
Keberangkatan kami dimulai dari Stasiun Wates dan memilih untuk menginapkan motor kita dengan biaya Rp 15.000 sampai hari Minggu, 13 Mei 2018. Kita naik kereta Lodaya jam 20.36 WIB. Karena sekarang Kereta Api mewajibkan kita buat cetak boarding pas dulu jadi kita datang satu jam dari jadwal. Kereta kami datang tepat waktu. Kamipun segera menyiapkan diri buat tidur. Cuma yang namanya Risna itu kadang suka laper mata, hingga akhirnya nyoba masakan kereta dong beli Nasi Goreng. Setelah itu barulah bisa tidur walau gak nyenyak karena udah mikir besok mau kemana-kemana. Nah kita sampai di Bandung kurang lebih pas Subuh dan dari Stasiun Bandung pintu Selatan kita jalan kaki menuju Masjid Raya Bandung buat sholat Subuh, mandi dan janjian ketemu sama Rental Motor Jovian. Nah, waktu aku mandi, Oeli yang ketemu sama pihak sewa motor dan gak nyangka kita bakal dapat motor yang masih baru dan helmnya bukan helm mahal yang kalau beli helm dapat motor. Tapi helm sejuta umatnya Bandung (Maklum di jalanan ternyata banyak banget dan motor yang kami sewa motor Honda Beat juga jadi motor favorit disana). Setelah selesai urusanya kita segera sarapan bubur deket Masjid dan menuju Hotel (Unique Hotel) yang mana kita bisa titip tas dulu. Makasih banyak, tanpa tambahan biaya.
Tujuan di hari pertama kita di Bandung adalah explore Bandung Selatan. Yups, kita menuju daerah Ciwidey dengan modal GPS yang di era digital ini sungguh sangat membantu. Pagi itu jalanan Bandung cukup padat karena emang hari kerja dan sekolah, jadi kita membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1,5 jam gitu untuk menuju Kawah Putih. Kita sampai di Kawah Putih masih cukup pagi dan yang HARUS kalian tahu ketika kalian mengunakan motor, pas di pintu masuk parkir kalian sudah di kasih tiket parkir dan tiket masuk kawah putih yang sudah dengan biaya PP ontang-anting. Cuma kalian bakal dan harus (semacam peraturan wajib yang gak tertulis) untuk menitipakan helm. Nah disini kamu bakal ditarik uang juga sekitar Rp 20.000 ini bukan harga jasa menitipkan helm tapi ini kamu disodorin masker, karena pembayaran jasa penitipan helm ini dilakuakan ketika ketika kita mau pulang dengan harga Rp 5.000/helm. Nah Setelah beres sama motor kita menuju ke Pos Ontang-anting. Berhubung tadi pas, parkir udah bayar juga sama tiket masuk plus naik ontang-anting. Kami cuma nunggu giliran ajah naik ontang-anting. Ontang-anting ini merupakan kendaraan menuju Kawah Putih berupa kendaraan roda empat macam kayak angkot yang sudah di modif sedemikan rupa dan muat sekitar 8-10 orang dewasa.
Sesampainya di Kawah Putih, kami masih ditawari lagi masker sama Aa' gitu dan hari itu cukup ramai banget. Nah dari tempat parkir menuju ke Kawah Putih ini gak jauh kok cukup menaiki dan menuruni beberapa anak tangga. Resiko piknik ketika long weekend yang Ramai. Jadi waktu ke tempat ini sumpah ramai sekali dan cukup terik walau masih pagi. Bau belerangnya juga cukup menyenggat di beberapa spot. Kamipun mencoba mencari spot foto atau spot untuk menikmati Kawah Putih ini, hingga akhirnya kami menuju sebuah jembatan apung yang kalau kita mau masuk jempat ini kita bayar lagi per orang Rp 10.000. Jembatan ini lebih asyik kalau sepi dan di foto dari jauhan atau pakai drone gitu. Plus harus kalian ingat bahwa jembatan ini memiliki batas maksimal ya. Setelah puas, kitapun sempat keliling dan kembali ke parkiran ontang-anting untuk lanjut ke destinasi selanjutnya. Sedikit info saja, Kawah Putih ini merupakan danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha dan tempat ini ditemukan olah Dr. Franz Wilhem Junghunn sekitar tahun 1837 dan baru dikembangan sebagai kawasan wisata oleh pemerintah pada tahun 1987 (from-wikipedia). Ketika pulang neh kita naik ontang-anting dipaksain banget untuk bangku yang belakang, desak-desakan gitu. Sesampainya di parkiran kami kelaparan dan memutuskan untuk cari tempat makan yang bukan instan. Menuju warung yang jual soto ayam. Taraaaa....lama banget dan soto ayam disini adalah SOP AYAM dengan ayam suwir yang gak begitu banyak dan lumayan mahal untuk makan siang (hahahah...mending di resto sekalian).
Makan selesai, kita lanjut sholat dan segera bergegas ke destinasi selanjutnya yaitu Situ Patenggang dan Kebun Teh. Untuk menuju kesini, ini tinggal kekiri ajah dari parkiran Kawah Putih. Sempat tertarik untuk ke mampir ke Rancas Upas yang jadi sempat jadi lokasi syutingnya Raisa, cuma menginggat waktu kita akhirnya teguh melaju ke Situ Patengan. Rute menuju Situ Patengan ini kami melewati hamparan Kebun Teh Rancabali yang kita pilih untuk berhenti ketika nanti pas perjalanan pulang ajah. Hingga sampailah kami di Situ Patenggang yang merupakan sebuah danau. Satu hal yang harus kamu tahu, bahwa parkir di sini juga mengharuskan kita untuk titip helm walau tarifnya seikhlasnya.
Kamipun segera bergegas untuk menuju area Danau yang ternyata didalamnya ada beberapa gazebo dan perahu wisata. Sayangnya kami gak naik perahu wisata karena kami seperti telah lelah dan memutuskan untuk mencari tempat untuk duduk dan menikmati tempat ini. Oh ya sekilas tentang Situ Patenggang ini ada cerita yang aku ambil dari papan yang terdapatdi danau ini. Situ Patengan berasal dari bahasa Sunda teangan (saling mencari) yang mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri Titisan Dewi yang besar bersama Alam. Ki Santang (keponakan dari Prabu Siliwangi) dan Dewi Rengganis, meraka berpisah untuk sekian lama karena cinta mereka yang begitu dalam meraka saling mencari dan akhirnya di pertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan Batu Cinta. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan Danau dan sebuah perahu untuk berlayar. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hari (Pulau Asmara/ Pulau Sasaka). Menurut cerita ini yang singgah di batu cinta dan mengelilingi Pulau Asmara, Senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti meraka. Mari silahakan naik perahu wisata nanti kami tunjukan Pulau Asmara (marketing beb...tetap). Cuma emang gak jauh dari sini ada resto kapal yang super hits itu, sayangya kita gak mampir udah kenyang dan kemungkinan ramai.
Kamipun segera bergegas untuk menuju area Danau yang ternyata didalamnya ada beberapa gazebo dan perahu wisata. Sayangnya kami gak naik perahu wisata karena kami seperti telah lelah dan memutuskan untuk mencari tempat untuk duduk dan menikmati tempat ini. Oh ya sekilas tentang Situ Patenggang ini ada cerita yang aku ambil dari papan yang terdapatdi danau ini. Situ Patengan berasal dari bahasa Sunda teangan (saling mencari) yang mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri Titisan Dewi yang besar bersama Alam. Ki Santang (keponakan dari Prabu Siliwangi) dan Dewi Rengganis, meraka berpisah untuk sekian lama karena cinta mereka yang begitu dalam meraka saling mencari dan akhirnya di pertemukan kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan Batu Cinta. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan Danau dan sebuah perahu untuk berlayar. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hari (Pulau Asmara/ Pulau Sasaka). Menurut cerita ini yang singgah di batu cinta dan mengelilingi Pulau Asmara, Senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti meraka. Mari silahakan naik perahu wisata nanti kami tunjukan Pulau Asmara (marketing beb...tetap). Cuma emang gak jauh dari sini ada resto kapal yang super hits itu, sayangya kita gak mampir udah kenyang dan kemungkinan ramai.
Ok, lanjut pulang sambil mampir ke Kebun Teh. Sebelum kita terdampar di Kebun Teh, kami sempat mampir ke spot wisata yang kayak air terjun gitu tapi lebih kayak taman. Karena gak begitu menarik jadi kami akhirnya lanjut ajah dan menemukan tempat ngopi dan jagung bakar yang tempat parkirnya oke dan buat ke kebun teh gampang. Kamipun segera memsan menu, jagung bakar dan beberapa minuman. Alhamdulillah harganya standart gak malak gitu. Kami pun santai menikmati tepat ini, foto-foto dihamparan kebun teh dan GRATIS beb. Mengingat Ciwidey dan penginapan kita di Bandung Kota butuh waktu satu jam belum sama macet, kami turun sekittar jam 3an gitu dan sempat muter-muter gegara mau ke Cibaduyut yang super terkenal itu. Oh, ya FYI ajah Cibaduyut itu nama wilayah yah. Jangan memikirkan bahwa Cibaduyut itu lokasi yang jualan sepatu dkk. Akhirnya kamipun memilih salah satu toko yang lumayan gedhe. Emang dasarnya kami gak begitu suka belanja akhirnya cuma milih-milih dan membelin buat bapak dan ibu. Setelah itu kami bergegas pulang ke Unique Hotel karena muacet poll. Sampai ke penginapan kami mandi dan beli cemilan macam martabak.
See you di PART II
Maps ke Kawah Putih buat kamu yang gak pakai Travel Agen dkk
See you di PART II
Maps ke Kawah Putih buat kamu yang gak pakai Travel Agen dkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung di Story Of Miss Risna, Silahkan tinggalkan komentar dibawah ini ( NO SARA ) ^^v